Jumat, 10 Februari 2012

Tukang Koran pun "Berorasi"

Bermodal beberapa lembar kertas koran yang berisi tentang berita yang berkibar di media yang sedang hangat. Dia pun mulai menjajakan, mempromosikan barang dagangannya tersebut dengan penuh semangat, suara lantang dan tergesa-gesa. Dengan koran  seharga 1000 rupiah, dia menjelaskan topik utama dari koran tersebut.

 "KORUPTOR, merajalela !!!" 
Aparat hukum pun menjai aktor "KORUPTOR". Hakim disuap. jaksa di paksa bungkam. Lembaga Peradilan sudah tidak "PERAWAN". 

Dan kata terakhir yang ia kutip : Rakyat kecil memang bodoh dan miskin, tetapi mereka masih mempunyai otak dan hati, tidak seperti para tikus di rumah mewah. Sekian...

Kemudian dia lanjut mempromosikan barang dagangannya agar dapat terjual dan menghaslkan uang untuk makan anak istri dirumah. Begitulah spenggal kisah tukang koran yang berorasi di depan umum bak para caleg beraksi di panggung besar pada saat kampanye. Kalangan wong cilik mulai sadar politik, tetapi apakah mereka benar-benar sadar dan mengetahui keadaan politik di negara ini atau karena ekspos media yang menghujam keras kepada aktor dan petinggi politik di negara ini.